Selama aku duduk di bus nomor 4, aku jadi lebih mengerti apa arti london untukku.
Sepanjang perjalanan menuju sekolah di pagi hari, aku melihat matahari terbit dengan lembut dari timur, seakan membiaskan kota multikultural yang begitu indah. Aku melewati beragam daerah, dari perumahan besar, mansion, hingga apartemen megah. Aku melihat orang-orang berbeda dari berbagai strata. Di stasiun Highbury dan Islington, aku melihat banyak tukang bangunan (mengenakan overall yang banyak tertimpa cat dan menundukkan kepala mereka dikarenakan kendala ketinggian). Di Angel, aku melihat banyak anak-anak sekolah dari berbagai macam sekolah saling membaur, dipersatukan oleh common enemy of school.
Aku melewati jalan besar yang ribut dan padat, dimana kau sulit untuk melihat dalam jarak pandang 10 meter kedepannya, dan kau melihat beberapa jalanan kecil yang dindingnya banyak dihiasi oleh grafiti beropini. Selama bus ini berjalan ke arah City, aku bisa melihat secara dekat berbagai macam pemandangan untuk memahami apa arti sebuah ‘London’.
Dalam perlanan pulang, aku juga melihat pemandangan yang sama tetapi yang membuatnya berbeda hanya orang-orangnya, yang mereda, mempersiapkan untuk keesokan harinya. Dengan latar belakang matahari terbenam, beragam masyarakat London, lelah dengan aktivitas hariannya, menaiki bus dan berjalan menuju ke rumah masing-masing.
Arti London untukku sendiri adalah rute bus, yang membawaku menuju dan pulang dari sekolah, dan membawa banyak orang dengan beragam macam kehidupan. Ini menunjukkan jati diri kota London, kombinasi manusia-manusia dari beragam etnis. Untukku, London adalah ‘weekday di pagi hari, dengan orang-orang yang duduk bersebelahan’. Sekelompok kecil orang yang lima puluh tahun lalu, belum tentu mau duduk berdesak-desakan, dan mungkin juga bertebaran di seluruh dunia. Menurutku ini suatu pencapaian yang baik, yang sudah membuat kota ini menjadi lebih modern, dan membuat kota-kota lain lebih terpacu untuk bisa seperti ini juga. Inilah arti London untukku, sebuah kesuksesan.
Sepanjang perjalanan menuju sekolah di pagi hari, aku melihat matahari terbit dengan lembut dari timur, seakan membiaskan kota multikultural yang begitu indah. Aku melewati beragam daerah, dari perumahan besar, mansion, hingga apartemen megah. Aku melihat orang-orang berbeda dari berbagai strata. Di stasiun Highbury dan Islington, aku melihat banyak tukang bangunan (mengenakan overall yang banyak tertimpa cat dan menundukkan kepala mereka dikarenakan kendala ketinggian). Di Angel, aku melihat banyak anak-anak sekolah dari berbagai macam sekolah saling membaur, dipersatukan oleh common enemy of school.
Aku melewati jalan besar yang ribut dan padat, dimana kau sulit untuk melihat dalam jarak pandang 10 meter kedepannya, dan kau melihat beberapa jalanan kecil yang dindingnya banyak dihiasi oleh grafiti beropini. Selama bus ini berjalan ke arah City, aku bisa melihat secara dekat berbagai macam pemandangan untuk memahami apa arti sebuah ‘London’.
Dalam perlanan pulang, aku juga melihat pemandangan yang sama tetapi yang membuatnya berbeda hanya orang-orangnya, yang mereda, mempersiapkan untuk keesokan harinya. Dengan latar belakang matahari terbenam, beragam masyarakat London, lelah dengan aktivitas hariannya, menaiki bus dan berjalan menuju ke rumah masing-masing.
Arti London untukku sendiri adalah rute bus, yang membawaku menuju dan pulang dari sekolah, dan membawa banyak orang dengan beragam macam kehidupan. Ini menunjukkan jati diri kota London, kombinasi manusia-manusia dari beragam etnis. Untukku, London adalah ‘weekday di pagi hari, dengan orang-orang yang duduk bersebelahan’. Sekelompok kecil orang yang lima puluh tahun lalu, belum tentu mau duduk berdesak-desakan, dan mungkin juga bertebaran di seluruh dunia. Menurutku ini suatu pencapaian yang baik, yang sudah membuat kota ini menjadi lebih modern, dan membuat kota-kota lain lebih terpacu untuk bisa seperti ini juga. Inilah arti London untukku, sebuah kesuksesan.